Rabu, 21 Desember 2011

PERANAN OBYEK WISATA TERHADAP PERKEMBANGAN PARIWISATA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


 
Obyek wisata adalah sebuah tempat rekreasi atau tempat berwisata. Obyek wisata dapat berupa obyek alam seperti gunung, danau, sungai, pantai, laut. Sedangkan yang berupa obyek wisata bangunan seperti museum, situs peninggalan sejarah, dan lain-lain.
Yogyakarta adalah tempat wisata yang tidak asing lagi dimata orang ataupun di berbagai manca Negara. Disitu banyak berbagai tempat-tempat obyek pariwisata yang sangat penting, bersejarah dan mempunyai keunikan tersendiri dengan ciri khasnya masing-masing. Tempat-tempat obyek pariwisata tersebut misalnya: Monumen Jogja Kembali (Monjali), Kraton Yogyakarta, Malioboro, Tamansari, Gembira Loka, Pantai Parangtritis, Candi Prambanan dan lain sebagainya.
Dengan banyaknya obyek wisata di Yogyakarta ini, maka akan sangat berpengaruh bagi perkembangan pariwisata di Yogyakarta khususnya.
PERANAN OBYEK WISATA
1.      Sebagai Industri Pariwisata
Hubungan periwisata dengan aspek ekonomis, pariwisata dapat dikatakan sebagai industri pariwisata, jika di dalam industri tertentu ada suatu produk tertentu, di dalam industri pariwisata yang disebut produk tertentu tersebut adalah kepariwisataan itu sendiri. Seperti halnya di suatu industri ada konsumen, ada permintaan, ada penawaran, dimana produsen mempunyai tugas untuk menghasilkan suatu produk agar dapat memenuhi permintaan. Pada industri pariwisata konsumen yang dimaksud adalah wisatawan. Wisatawan mempunyai kebutuhan dan permintaan-permintaan yang harus dipenuhi dan pemenuhan kebutuhan tersebut dengan sarana uang.


2.      Meningkatkan pendapatan daerah
Pariwisata merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam ekonomi karena perkembangan pariwisata meningkatkan pendapatan daerah setempat.
3.      Sebagai lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar
Munculnya komunitas pedagang di sekitar lokasi untuk menambah pendapatan dan meningkatkan jumlah pengunjung, karena merupakan salah satu fasilitas yang tersedia dan mudah dijangkau.
4.      Memperkenalkan kebudayaan kepada para wisatawan.
Optimalisasi Pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta
·         Optimalisasi Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata yang akan mendatangkan wisatawan ke Kota Yogyakarta serta menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota wisata yang terkemuka. Pemasaran pariwisata juga bertujuan untuk mengembalikan citra Yogyakarta sebagai kota wisata yang aman dan berkesan untuk dikunjungi.
·         Pengembangan dan peningkatan kuantitas dan kualitas Wisata Minat Khusus sebagai alternative lain bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta serta dapat menambah daya tarik dan lama tinggal wisatawan di Kota Yogyakarta. Wisata minat khusus yang dikembangkan antara lain wisata belanja, wisata pendidikan, wisata budaya, wisata sejarah, wisata kuliner, wisata konvensi, dan sebagainya.
·         Pengembangan Kawasan Wisata beserta potensi yang ada di dalamnya sebagai obyek wisata alternative yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan.
·         Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan industri pariwisata sebagai fasilitas yang diberikan kepada wisatawan.
·         Peningkatan kualitas dan kuantitas atraksi seni tradisional, kontemporer, maupun modern baik secara regular maupun incidental, khususnya kesenian yang dipentaskan di malam hari sehingga menghidupkan malam-malam di Kota Yogyakarta.
·         Memperbanyak event-event wisata, seni dan budaya, ekspo, maupun konvensi berskala local, regional, nasional, maupun internasional.
·         Pengembangan dan pembinaan kesenian dan kebudayaan berbasis masyarakat dan kewilayahan sebagai penyangga utama kepariwisataan di Kota Yogyakarta.
·         Pengembangan dan peningkatan kuantitas serta kualitas fasilitas, sarana dan prasarana yang menunjang keindahan dan kenyamanan Kota Yogyakarta.
·         Peningkatan kesadaran masyarakat dan seluruh stake holder terhadap persoalan kepariwisataan di Kota Yogyakarta.
·         Kemudahan aksesbilitas bagi siapapun yang berkunjung ke Kota Yogyakarta.
PARIWISATA DAN PENGARUHNYA
Menurut Hari Hartono  (1974:45), peranan pariwisata dalam pembangunan negara pada garis besarnya berintikan tiga segi, yaitu segi ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), segi sosial (penciptaan lapangan pekerjaan), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan kita kepada wisatawan-wisatawan asing).
Kemudian dalam Garis-garis Besar Haluan Negara 1988 ditegaskan bahwa pembanguanan kepariwisataan perlu ditingkatkan dengan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat setempat (Tap MPR RI No. II/MPR/1988). Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara 1988 dijelaskan bahwa tujuan tujuan pengembangan pariwisata adalah meningkatkan penerimaan devisa negara dan memperluas kesempatan kerja.
Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia,pembangunan dan pengembangan kepariwisataan membawa konsekuensi. Konsekuensi itu adalah timbulnya dampak sosial budaya yang merugikan kelestarian kebudayaan yang bersamngkutan (S.Budhisantoso, 1991/1992:27). Sementara itu GBHN 1988 mengisyaratkan bahwa dalam pembangunan kepariwisataan tetap dijaga terpeliharanya kepribadian bangsa dan kelestarian serta mutu lingkungan hidup.
Sebenarnya timbulnya dampak sosial budaya sebagaikonsekuensi dari pengembangan pariwisata itu dapat dilihat sebagai dampak yang positif dan dampak yang negatif. Dampak positif merupakan keuntungan berkembangnya pariwisata dan dampak negatif perlu ditelusuri sebagai kerugian yang timbul akibat pengembangan pariwisata. Pada hakekatnya ada tiga bidang pokok yang kuat dipengaruhi, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan (I Nyoman Erawan. 1987:47).
1.      Dampak Positif
Dampak positif yang menguntungkan adalah dalam bidang ekonomi. Adanya pariwisata mendatangkan pendapatan devisa negara dan terciptanya kesempatan kerja yang berarti mengurangi jumlah pengangguran serta adanya kemungkinan bagi masyarakat di daerah wisata untuk meningkatkan pendapatan dan standart hidup mereka (Emanuaal de Kadt, 1979:11). Hal ini diperkuat oleh David C Mc. Cleland yang mengatakan bahwa pariwisata mampu memberikan kesempatan kerja dan pekerjaan yang timbul tidak memerlukan pendidikan dan ketrampilan (I Nyoman Erawan, 1987: 47).
            Dampak positif yang lain dengan adanya pariwisata ini adalah perkembangan atau kemajuan kebudayaan, terutama pada unsur budaya teknologi dan sistem pengetahuan. Kemajuan teknologi yang dibarengi dengan tingkat pengetahuan yang maju pula akan membawa masyarakat penerima wisatawan mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman atau modernisasi. Walau di satu pihak kehadiran pariwisata ini akan menimbulkan dampak negatif terhadap kebudayaan. Untuk itu perlu kita waspadai (R.M Soedarsono, 1991:3).
2.      Dampak negatif
Dampak negatif yang merupakan kerugian tampak menonjol dalam bidang sosial, yaitu pada gaya hidup masyarakat di daerah penerima wisatawan. Gaya hidup masyarakat ini tampak pada perubahan sikap, tingkah laku, perilaku karena kontak langsung dengan para wisatawan yang berasal dari budaya yang berbeda. Gaya hidup wisatawan asing diperhatikan oleh warga masyarakat dan ditiru begitu saja.
            Dalam  bidang kebudayaan terjadi komersialisasi budaya. Tempat suci atau ziarah diangkat dijadikan obyek wisata, tari-tarian sakral, dan adat istiadat diangkat dari lingkungan yang normal dipergelarkan untuk memuaskan kebutuhan para wisatawan. Kemudian dalam bidang lingkungan hidup terjadi pengrusakan. Penebangan pohon untuk digunakan tempat pembangunan hotel-hotel (Marcel Beding, 1990: 32).
INDUSTRI PARIWISATA DAN PENGARUHNYA
            Yogyakarta yang tumbuh dan berkembang sebagai daerah wisata diawali sejak tahun 1970-an. Bahkan dalam dunia kepariwisataan, Yogyakarta mendapat predikat sebagai daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. Olrh karena itu sebagai konsekuensinya, Yogyakarta harus memelihara dan mengembangkan obyek-obyek pariwisata, baik obyek wisata alam maupun wisata budaya. Di samping itu perlu mempersiapkan dan menyediakan sarana-sarana pendukung pariwisata seperti transportasi dan hotel atau tempat-tempat penginapan.
            Untuk kepentingan yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata di daerah Yogyakarta, pihak pemerintah daerah Yogyakarta dalam hal ini Dinas Pariwisata dan juga bada swasta seperti PT Taman Wisata Borobudur-Prambanan, melakukan pembenahan diri dengan membangun, menata dan memperluas daerah obyek-obyek wisata di Yogyakarta. Obyek-obyek wisata yang dimaksud antara lain Prambanan yang diperluas menjadi Taman Wisata Prambanan oleh PT Taman Wisata Borobudur-Prambanan dan Ratu Boko, Pantai Parangtritis, Gua Kiskenda oleh Pemerintah Propinsi DIY, dalam hal ini Dinas Pariwisata. Sementara itu daerah Pawirotaman, Kelurahan Brontokusuman, Mergangsang, Kotamadya Yogyakarta dikembangkan sebagai daerah khusus untuk penginapan atau guest house yang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai bagi wisatawan.
            Berkembangnya daerah pariwisata di DIY menumbuhkan harapan-harapan masyarakat, terutama masyarakat di sekitar kawasan wisata. Harapan yang muncul berkenaan dengan berkembangnya industri pariwisata itu berkisar pada meningkatnya kehidupan ekonomi masyarakat, antara lain dengan terbukanya kesempatan berusaha dan terbukanya lapangan kerja. Meningkatnya pendapatan masyarakat akan mengangkat harkat dan kesejahteraan serta hidup lebih baik.
Dampak Pariwisata terhadap Kesenian
            Kesenian, khususnya pertunjukan seni tari,dalam melayani kebutuhan wisata itu melahirkan pertunjukan-pertujukan singkat tapi padat serta penuh variasi. Bentuk penyajian seni untuk wisatawan lebih merupakan reproduksi dalam bentuk kecila atau mini (R.M soedarsono. 1986: 5). Tampaknya dalam pengembanagan pariwisata di daerah Yogyakarta terhadap kesenian, khususnya seni prtunjukan melahirkan seni kemasan. Maksud seni kemasan ini adalah mempersingkat waktu pertunjukan demi efisiensi dan ekonomis. Lagi pula kota lebih bersifat dinamis. Ini tidak ada pada masyarakat desa. Bila tidak diperhatikan ketimpangan ini akan memunculkan semacam kecemburuan sosial. karena itu perlu prencanaan upaya meratakan rejeki pariwisata sampai ke daerah pedesaan. Caranya menggunakan desa-desa sebagai obyek wisata dan mengarahkan agar para wisatawan mancanegara dapat masuk ke sana (Hasbullah Asyori, 1992).
Dampak Pariwisata terhadap Teknologi
            Dalam kebudayaan manusia, teknologi merupakan salah satu di antara ketujuh unsur kebudayaan pakaian atau busana. Datangnya wisatawan asing disatu pihak menguntungkan daerah yaitu bila dihitung untuk pemasukan pendapatan daerah, tetapi disatu pihak yang lain menimbulkan dampak perubahan cara berpakaian kebudayaan manusia itu sendiri, unsur teknologi ini merupakan indikator yang kuat. Sementara itu, J.W Schoorl (1980:8) mengatakan bahwa dasar teknologi itu membuka kemungkinan untuk bermacam-macam perkembangan kebudayaan meskipun dalam batas-batas yang ditentukan oleh teknologi itu. Unsur budaya teknologi merupakan tolok ukur untuk menyatakan suatu kebudayaan suku bangsa atau bangsa itu maju. Kemajuan kebudayaan itu sendiri menunjukkan perkembangan dari suatu masyarakat. Ini hanya dapat terjadi karena proses sentuhan diantara dua budaya yang saling mempengaruhi, yang terjadi karena berlangsungnya kontak antara bangsa yang berbeda budaya.
            Selain pakaian atau busana dan cara berpakaian, berkembangnya pariwisata terutama di Yogyakarta juga membawa dampak penggunaan peralatan atau perlengkapan hidup walaupun terbatas pada kelompok-kelompok sosial tertentu. Peralatan atau perlengkapan hidup yang dimaksud adalah perlengkapan makan, dapur, dan lain sebagainya.
            Dampak pengembangan pariwisata di daerah Yogyakarta yang bersifat alih fungsi teknologi itu misalnya pada bangunan-bangunan tempat tinggal dan juga tampak pada alat transportasi.
Dampak Pariwisata terhadap Perilaku Masyarakat
            Dampak pengembangan pariwisata juga berpengaruh pada perilaku masyarakat, terutama masyarakat disekitar obyek wisata. Misalnya kita lihat pada masyarakat Prawirotaman yang sepanjang jalan Prawirotaman ini adalah penginapan atau guest house yang tamunya adalah wisatawan mancanegara. Sedikit banyak, karena berhubungan langsung, maka diantara individu warga masyarakat itu akan berperilaku yang kadang menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku.

Dampak Pariwisata terhadap Kehidupan Beragama
            Dampak perkembangan pariwisata di daerah Yogyakarta terhadap kehidupan beragama tidak tampak. Dalam kepariwisataan yang pada umumnya objeknya adat-istiadat atau upacara-upacara adat. Di Yogyakarta anatara kepentingan agama dan adat istiadat itu terpisah. Karena itulah perkembangan pariwisata tidak berpengaruh terhadap kehidupan beragama.
            Berdasarkan pembahasan di atas, mengenai dampak pariwisata dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta membawa dampak terhadap kehidupan sosial budaya. Diantara dampak yang menonjol adalah terhadap kehidupan ekonomi. Dampaknya terhadap teknologi lebih bersifat alih fungsi dan mode baru sebagai upaya mengimbangi selera wisatawan. Kemudian terhadap perilaku masyarakat yang mempunyai kesempatan berhubungan dengan wisatawan. 
Jadi peranan obyek wisata terhadap perkembangan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain adalah sebagai Industri Pariwisata, meningkatkan pendapatan daerah, sebagai lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar, dan memperkenalkan kebudayaan kepada para wisatawan.


Sumber:
Gatut Murniatmo.1993. Dampak Pengembangan Pariwisata. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
I Gede Pitana, dan Putu G.Gytri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

2 komentar:

  1. kita juga punya nih artikel mengenai kepariwisataan, silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
    http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/3303/1/Kommit2004_Komputer_008.pdf
    semoga bermanfaat

    BalasHapus