Rabu, 21 Desember 2011

SEJARAH R.A KARTINI


Raden Ajeng Kartini dilahirkan di Jepara, Jawa Tengah, pada 21 April 1879, kita melihat cahaya terang, sepotong kalimat yang diucapkan RA Kartini semasa hidupnya di dunia ini mampu memberikan arti dan spirit tersendiri dalam perjuangan dan kebersamaan gender dan juga yang disebut juga emansipasi. Kartini merupakan perintis perubahan bagi kaum wanita, ia lahir dari kalangan bangsawan yang berpikiran maju dan sosoknya yang cekatan lincah, pintar, suka belajar dan haus akan ilmu pengetahuan, ia adalah anak seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat.
Dalam sejarah terungkap, setelah lulus dari sekolah dasar ia tidak diperboleh melanjutkan sekolah ketingkat yang lebih tinggi oleh orang tuanya, Kartini dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan.Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang namun tak berani dan takut dianggap anak yang durhaka, Untuk menghilangkan kesediahannya ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku-buku yang berisikan tentang ilmu pengetahuan yang kemudian dibacanya ditaman rumah karena Kartini prihatin bahwa ia tidak ingin wanita lebih rendah derajatnya dibanding kaum pria.Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca, semua buku termasuk surat kabar dibacanya, kalau ada kesulitan termasuk dari buku-buku dan surat kabar yang dibacanya ia selalu menanyakan kepada bapaknya. Melalui buku inilah Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa terutama bangsa Belanda yang ketika itu menjajah Indonesia.
Timbul keinginannya untuk memajukan kaum wanita bangsa Indonesia, wanita tidak hanya di dapur tapi juga harus mempunyai ilmu, ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya kemudian diajarkan pada mereka tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya, di tengah kesibukannya ia tidak pernah berhenti membaca dan juga menulis surat kepada teman-temannya yang berada di Negeri Belanda, Tak berapa lama ia menulis surat yang ditujukannya kepada Mr WH Adekanon, ia memohon agar diberikan beasiswa untuk belajar di Negeri Belanda, beasiswa yang didapatkan belum sempat dimanfaatkannya, Kartini terlanjur dinikahkan orang tuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat.
Setelah menikah ia ikut suaminya di desa Rembang, ia ikut suaminya sangat memahami Kartini, suaminya membantu dan mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita, berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan sekolah wanita di Semarang, Surabaya, Jogjakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya, nama sekolah yang didirikannya ialah Sekolah Kartini. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dari kalangan mana saja tidak pula membedakan antara yang miskin dan yang kaya.Pada tanggal 17 September 1904 Kartini meninggal dunia dalam usia yang ke-25 tahun, setelah ia melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat Mister WH Adekanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan oleh RA Kartini pada teman-temannya di Eropa, buku itu berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar