Rabu, 21 Desember 2011

PASAR TRADISIONAL SEBAGAI IDENTITAS BUDAYA


LATAR BELAKANG
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi, jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain. Pasar tradisional ini masih banyak ditemukan di Yogyakarta.  
            Untuk itu saya meneliti tiga pasar yang berada di Yogyakarta, yaitu Pasar Beringharjo, Pasar Bantul, dan Pasar Giwangan yang mempunyai karakteristik masing-masing.
KAJIAN PUSTAKA
          Sistem Mata Pencaharian Tradisional. Perhatian para ahli antropologi terhadap berbagai macam sistem mata pencaharian atau sistem ekonomi hanya terbatas kepada sistem- sistem yang bersifat tradisional saja, terutama dalam rangka perhatian mereka terhadap kebudayaan sesuatu suku bangsa secara holistik. Berbagai sistem tersebut adalah: (i) berburu dan meramu; (ii) beternak; (iii) bercocok tanam di ladang; (iv) menangkap ikan; (v) bercocok tanam menetap dengan irigasi.
            Dari kelima sisitem tersebut seorang ahli antropologi juga hanya memperhatikan sistem produksi lokalnya termasuk sumber alam, cara mengumpulkan modal, cara pengerahan dan pengaturan tenaga kerja, serta teknologi produksi, sistem distribusi di pasar-pasar yang dekat saja, dan proses konsumsinya (Koentjaraningrat: 2000)
Montagu memaknakan kebudayaan sebagai jawaban manusia terhadap kebutuhan-asasnya. Kebutuhan asas yang konkrit, atau kebutuhan asas jasmaniahnya ialah materi (makanan, pakaian, perumahan, obat-obatan, pendidikan) untuk memperoleh kemampuan untuk mengusahakan barang-barang tersebut. Lembaga yang bertugas memproduksi, distribusi, dan konsumsi materi itu ialah ekonomi. Tujuan ekonomi ialah kecukupan materi itu, yang disebut kemakmuran. Dengan demikian jelaslah cara kebudayaan memenuhi kebutuhan-kebutuhan asasnya yang materiil ialah dengan ekonomi. Ekonomi berjalin dalam kebudayaan. Antara keduanya terjalin hubungan kausal. Keadaan kebudayaan menentukan keadaan ekonomi. Sebaliknya perubahan ekonomi mengubah kebudayaannya.
Proses perkembangan ekonomi menggerakkan proses perkembangan kebudayaan, dan sebaliknya. Hal ini diperlihatkan oleh perjalanan sejarah umat manusia. Tahap-tahap perkembangan ekonomi adalah identis dengan tahap-tahap perkembangan kebudayaan (Drs. Sidi Gazalba: 1974).
Yang dimaksud dengan ekonomi ialah ilmu tentang produksi, distribusi, dan konsumsi barang-barang kebudayaan.Ilmu tersebut berisi teori tentang kemakmuran bersama. Ungkapan kehidupan ekonomi dapat dikenakan pada seseorang atau keluarga tertentu, tapi juga pada bangsa tertentu. Apabila kita mengatakan kehidupan ekonomi seseorang atau keluarga tertentu, yang dimaksud ialah mata pencaharian, yang ditujukan untuk memperoleh kemampuan mendapatkan barang-barang kebutuhan. Yang dimaksud dengan kehidupan ekonomi suatu bangsa, ialah gejala-gejala yang lahir dari kenyataan bahwa manusia dalam penghidupannya tak mungkin berdiri sendiri, tapi bersama –sama dengan yang lain-lain dalam masyarakat. Penghidupan harus dibedakan dari kehidupan. Penghidupan, ialah usaha memperoleh barang-barang kebutuhan hidup. Sedangkan kehidupan ialah segala sesuatu yang mengenai soal-soal hidup.
Kehidupan ekonomi merupakan salah satu pokok dari ekonomi sebagai ilmu. Kecenderungan manusia kepada ilmu, mendorongnya menemukan gejala-gejala yang timbul, pernyataan atau fenomena-fenomena alam yang dihadapinya, disamping gejala-gejala kehidupan masyarakat. Keterangan-keterangan kedua jenis gejala itu menimbulkan ilmu yang membicarakan gejala-gejala kehidupan ekonomi masyarakat.  Hasil-hasil ilmu ini memberikan pengetahuan dan pengertian kepada kita tentang kehidupan ekonomi (Drs. Sidi Gazalba: 1974).
PEMBAHASAN
Pasar Beringharjo
Pasar Beringharjo telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama ratusan tahun dan keberadaannya mempunyai makna filosofis. Pasar yang telah berkali-kali dipugar ini melambangkan satu tahapan kehidupan manusia yang masih berkutat dengan pemenuhan kebutuhan ekonominya. Selain itu, Beringharjo juga merupakan salah satu pilar ‘Catur Tunggal’ (terdiri dari Kraton, Alun-alun utara, dan Pasar Beringharjo) yang melambangkan fungsi ekonomi.
Wilayah Pasar Beringharjo mulanya merupakan hutan beringin. Tak lama setelah berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tepatnya tahun 1758 wilayah pasar ini dijadikan tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya. Ratusan tahun kemudian, pada tahun 1925, barulah tempat transaksi ekonomi ini memiliki bangunan permanen. Nama ‘Beringharjo’ sendiri diberikan oleh Hamengku Buwono IX, artinya wilayah yang semula pohon beringin (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo).
Bagian depan dan belakang bangunan pasar sebelah barat merupakan tempat para penjual jajanan pasar. Di sebelah selatan, dapat ditemui bakpia isi kacang hijau yang biasa dijual masih hangat dan kue basah seperti hung kwe dan nagasari. Sementara bagian belakang umumnya menjual makanan yang tahan lama.
Koleksi batik kain maupun sudah jadi pakaian, bahan katun hingga sutra, dan harga puluhan ribu sampai hampir sejuta tersedia di pasar ini. Koleksi batik kain dijumpai di los pasar bagian barat sebelah utara. Sementara koleksi  pakaian batik dijumpai hampir di seluruh pasar bagian barat. Selain pakaian batik, los pasar bagian barat juga menawarkan baju surjan, blangkon, dan sarung tenun maupun batik. Sandal dan tas yang dijual dengan harga miring dapat dijumpai disekitar eskalator pasar bagian barat. Bahkan banyak wisatawan yang tidak melewatkan untuk berbelanja di sini. Kebanyakan wisatawan tertarik membeli pakaian batik sebagai oleh-oleh.
Di lantai dua pasar bagian timur, merupakan pusat penjualan bahan dasar jamu Jawa dan rempah- rempah. Pasar ini juga tempat untuk berburu barang antik. Sentra penjualan barang antik terdapat di lantai tiga pasar bagian timur. Di tempat itu kita bisa mendapati mesin ketik tua, helm kuno, dan sebagainya. Di lantai itu pula terdapat penjual barang bekas, yaitu berbagai macam barang bekas impor seperti sepatu, tas, bahkan pakaian.
Setiap harinya pasar Beringharjo ramai pengunjung. Pagi-pagi, pasar bagian timur sudah banyak pedagang sayur dan buah yang membuka usahanya. Demikian juga para pembeli juga sudah memadati pasar bagian timur ini. Pasar sebelah utara bagian timur merupakan los penjual daging dan ikan.
Tidak hanya pedagang saja profesi yang ada di Pasar ini, tetapi juga banyak usaha jasa. Diantaranya, buruh gendong,  tukang parkir, tukang becak, tukang andong, dan sebagainya.

Pasar Bantul
Pasar Bantul merupakan pusat kegiatan ekonomi khususnya bagi masyarakat Bantul dan sekitarnya. Pasar  ini terletak di pusat Kota Bantul tepatnya di  jalan Jendral Sudirman. Pukul 04.00 wib, pasar ini sudah ramai penjual dan pembeli.
Pasar Bantul dikelilingi kios-kios pasar. Seperti kios di pasar bagian depan terdapat kios sepeda, kios elektronik, sepatu, jam, pakaian, dan sebagian kios emas ada di lantai dua. Kios di sebelah utara pasar terdapat kios kelontong. Kios sebelah selatan untuk beras, jagung dan yang merupakan bahan pangan. Sedangkan kios bagian barat pasar merupakan kios plastik, sembako dan sebagian sayuran.
Di dalam Pasar Bantul ini, terdiri banyak los-los atau dasaran terbuka. Los I untuk pakaian, los II untuk sembako, los III untuk sayuran dan pisang, serta daging sapi, daging kambing, daging ayam. Sedangkan los IV untuk bahan-bahan mentah jamu dan bumbu-bumbu dapur. Sebelah Barat bangunan pasar ada bangunan untuk los sayuran, buah, jajanan pasar, serta warung makan.
Pasar Bantul juga terdapat pasar hewan,namun pasar hewan ini dibuka hanya pada hari pasaran, yaitu pada hari pasaran kliwon dan pahing. Namun sementara ini, pasar hewan ditempatkan di lapangan Dwi Windu setelah adanya renovasi pasar yang sebelumnya berada di barat pasar. Dan pada hari pasaran kliwon, banyak tambahan penjual yaitu dasaran tanaman buah, sayur, maupun tanaman hias. Sehingga pada hari pasaran kliwon pasar ini lebih ramai dari hari-hari biasanya. Di pasar ini juga banyak usaha jasa yang di tawarkan, yaitu kuli angkut, parkir, jasa giling ikan, jasa parut kelapa, giling tepung beras, dan sebagainya.
Pada sore hari hingga kurang lebih pukul 22.00 wib, di depan pasar masih ada yang berjualan pakaian, sepatu, kaset, dan sebagainya. Dan makanan berupa buah-buahan, pecel lele, martabak, terangbulan, dan masih banyak lagi.

Pasar Giwangan
Pasar Giwangan terletak di utara Terminal Yogyakarta, tepatnya di Jalan Ringroad Selatan, masuk 20 meter ke kiri wilayah Umbulharjo. Pasar Giwangan termasuk pasar induk buah-buahan dan sayuran di wilayah Yogyakarta. Barang dagangan datang dari luar wilayah Yogyakarta, yaitu dari Temanggung, Wonosobo, Magelang, Boyolali, dan sebagainya. Pasar giwangan terdiri banyak los-los untuk para pedagang buah dan sayuran. Los sebelah barat dan timur merupakan los sayuran, sedangkan untuk los buah-buahan ada di sebelah utara.
Dagangan biasanya datang pada sore hari, kurang lebih pukul 16.00 wib. Pada malam hari banyak pedagang dari pedesaan yang datang, baik itu dari wilayah Bantul, Yogyakarta, Sleman, Gunung Kidul, dan sebagainya. Para pedagang tersebut membeli dagangan pada malam hari sampai subuh hari, yang kemudian pada pagi harinya dijual kembali di pasar-pasar lain. Jadi pada sore sampai subuh hari pasar Giwangan ini sangat ramai. Sedangkan pada siang hari pasar ini sepi karena pembeli pada siang hari hanya konsumen langsung.
Pasar Giwangan banyak menyerap tenaga kerja, seperti kuli angkut, jasa angkutan kendaraan, parkir, tenaga sortir buah dan sayuran, serta tukang becak.
Dari diskripsi ketiga pasar diatas, dapat diperoleh adanya persamaan dan perbedaan.
Persamaan:
·         Dari ketiga pasar di atas,terdapat sayuran dan buah-buahan yang diperdagangkan.
·         Pasar terdiri dari los-los yang merupakan tempat berjualan.
·         Banyak terdapat usaha jasa yang ada di pasar, seperti kuli angkut, tukang becak, dan tukang parkir.

Perbedaan:
·         Pasar Beringharjo, pasar terbesar dengan tiga lantai dan juga barang yang dijual lebih lengkap. Pasar Beringharjo juga merupakan tempat belanja para wisatawan, karena letaknya yang satu wilayah dengan Malioboro. Salah satu produk yang menonjol dari pasar ini yaitu pakaian batik yang banyak diminati oleh wisatawan. Pasar Beringharjo berbeda dengan pasar tradisional lainnya yang berada di Yogyakarta, pasar ini sudah terdapat eskalator walaupun baru terdapat di pasar sebelah barat.
·         Pasar Bantul berlaku hari pasaran, yaitu hari pasarannya kliwon. Pada hari pasaran lebih ramai dari hari-hari biasanya. Pada hari pasaran kliwon, banyak tambahan penjual yaitu dasaran tanaman buah, tanaman sayur, maupun tanaman hias. Juga terdapa pasar hewan, yaitu pada hari pasaran kliwon dan pahing.
·         Pasar Giwangan hanya memperdagangkan sayur dan buah. Namun lingkupnya lebih luas, karena merupakan tempat kulakan bagi pedagang-pedagang pasar di seluruh wilayah Yogyakarta.

Pasar Tradisional, Sebuah Identitas Budaya
Pasar bagi masyarakat Jawa, khususnya masyarakat Yogyakarta ini tidak hanya dianggap sebagai tempat jual beli saja, tetapi pasar juga dianggap sebagai tempat interaksi sosial, bertemunya masyarakat, saling berkomunikasi dan pusat keramaian. Mereka mengenal pepatah “Tuna satak bathi sanak” yang artinya rugi uang, tapi mendapat saudara. Masyarakat tidak mengejar keuntungan semata, tetapi juga hubungan kekeluargaan dapat dibina terus. Hal ini terjadi karena di pasar tradisional ada kesempatan bagi para pembeli dan penjual untuk saling tawar menawar yang berakibat timbulnya kesempatan untuk saling berkomunikasi. Jika dibandingkan dengan pasar modern atau supermarket, Mall, Waralaba, Mini Market dan sebagainya kesempatan untuk tawar menawar yang akan menimbulkan sebuah proses untuk berkomunikasi tidak ada. Mereka hanya tinggal mengambil barang yang sudah ada label harga dan kemudian membayarnya di kasir. Dari sisi karakter kita dapat melihat bahwa budaya sebenarnya masyarakat Yogyakarta itu adalah sosialis dan ramah.
Jika dilihat dari budaya pemanfaatan waktu, pasar tradisional akan memperlihatkan sebuah identitas budaya masyarakat Jawa sesungguhnya. Di pasar tradisional aktivitas sudah mulai sejak dini hari atau waktu subuh, sedangkan pasar modern yang kini membanjiri kota-kota besar, aktivitas atau jam buka batu dimulai sekitar pukul sembilan sampai sepuluh pagi. Terlihat bahwa budaya asli masyarakat Jawa sebenarnya tidak pemalas, mereka sudah beraktivitas di pagi hari betul.
Dari segi budaya penetapan skala prioritas, pasar tradisional adalah tempat bagi orang yang memang betul-betul membutuhkan barang atau makanan yang akan dibeli karena memang barang atau makanan tersebut betul-betul mereka butuhkan. Sedangkan orang yang datang ke pasar modern adalah orang yang mengejar prestige saja dan juga mereka akan kewalahan ketika datang ke mall karena beragam penawaran yang sebenarnya tidak dibutuhkan karena barang tersebut dibeli berdasar bujuk rayu program diskon.
KESIMPULAN
Pasar tradisional merupakan salah satu tempat penghidupan masyarakat, terutama yang bermata pencaharian sebagai pedagang. Dari ketiga pasar yaitu Pasar Beringharjo, Pasar Bantul, dan Pasar Giwangan terdapat persamaan maupun perbedaan. Karena tiap- tiap pasar mempunyai karakteristik tersendiri yang bisa ditonjolkan dari pasar lainnya.
Pasar tradisional bisa disebut sebuah identitas budaya karena dalam kehidupan pasar tradisional terkandung nilai-nilai tradisi budaya. Hal tersebut bisa terlihat dari segi transaksi jual beli yang dilakukan penjual dan pembeli, di pasar tradisional ada kesempatan bagi para pembeli dan penjual untuk saling tawar menawar yang berakibat timbulnya kesempatan untuk saling berkomunikasi. Dari segi budaya pemanfaatan waktu, pasar tradisional akan memperlihatkan sebuah identitas budaya masyarakat Jawa sesungguhnya. Di pasar tradisional aktivitas sudah mulai sejak dini hari atau waktu subuh. Dan dari segi budaya penetapan skala prioritas, pasar tradisional adalah tempat bagi orang yang memang betul-betul membutuhkan barang atau makanan yang akan dibeli karena memang barang atau makanan tersebut betul-betul mereka butuhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar